1. Erupsi
Strombolian
Pada
erupsi ini, gunung hanya memuntahkan lava dalam jumlah yang sangat kecil saja.
Ketinggian erupsi sekitar 15-90 meter ke udara dengan interval yang pendek. Erupsinya hampir sama dengan Hawaiian
berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal. Pada umumnya terjadi pada
gunungapi aktif di tepi benua atau di tengah benua. Lava yang
dikeluarkan dalam jumlah yang sangat kecil akan membentuk breksi volkanik
autoklastik yang terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di dalam
lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan. Erupsi yang
terjadi sekitar 15-90 meter akan melontarkan material-material padat dan abu
vulkanik ke udara. Karena kontak dengan
udara sekitar, maka material akan mengalami pendinginan secara cepat sehingga
membentuk struktur yang vesikuler, yaitu adanya lubang-lubang gas pada batuan.
Batuan yang umumnya dijumpai dengan struktur yang demikian adalah Batu Scoriaan.
2. Erupsi
Plinial
Bentuk
erupsi Plinial termasuk erupsi yang sangat berbahaya. Letusannya yang dasyat
mampu merusak wilayah sekitar gunung dan mengancam nyawa makhluk hidup yang
tinggal di sana. Erupsi Plinial ditandai dengan asap tebal yang berterbangan
dan kemudian lava mengalir cepat, menuruni lereng-lereng gunung. Lava inilah
yang akan menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Erupsi Plinial dapat
berlangsunga dalam hitungan jam maupun hitungan hari. Erupsi sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau
magma asam, dimana komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material
yang dierupsikan berupa batuapung (pumice)
dalam jumlah besar. Erupsi sangat ekslposif dari gunung-gunung bertipe plinial
juga dapat menghasilkan ignimbrit. Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk
dari aliran abu panas.
3. Erupsi
Vulkanian
Hampir
sama dengan erupsi Strombolian, letusan Vulkanian berlangsung dalam interval yang
pendek. Tidak terlalu membahayakan karena pada erupsi ini gunung tidak disertai
oleh aliran lava seperti erupsi Plinial. Hanya magma kental dan kandungan gas
yang cukup tinggi membumbung ke udara saat proses letusan terjadi. Erupsi magmatis berkomposisi andesit
basaltik sampai dasit. Pada umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan
di sekitar kawah permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak
hanya selalu berasal dari magma, tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
Batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi ini dapat berupa batu
agglomerate. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil
konsolidasi material yang mengandung bomb.
4. Erupsi
Hawaiian
Erupsi
Hawaiian sesungguhnya erupsi yang tidak berbahaya. Hanya saja, saat letusan terjadi
lava bergerak lamban sehingga memungkinkan warga disekitar pegunungan sempat
mengungsikan diri ketempat yang lebih aman. Erupsi ini ditandai dengan semburan
lava seperti kembang api keudara. Lalu perlahan-lahan lava akan keluar dari
bebrapa lubang di permukaan gunung dan mengalir hingga membentuk kawah atau
kolam-kolam lava disekitarr gunung. Disebut erupsi hawaiian karena letusan
seperti ini sering terjadi di peguningan kepulauan Hawaii. Jarang ditemukan
batun piriklastik, karena erupsi jenis ini bersifat efusif.
5. Erupsi
Hidrovulkanik
Gunung di bawah samudra sangat berpotensi
menghasilkan erupsi hidrovulkanik. Ledakan dalam air membuat bumbungan asap
tidak berlangsung lama. Namun geteran yang diciptakan mampu memicu terjadinya
lonsor dan banjir bandang.
0 komentar:
Posting Komentar