• Sa’id bin Al-Musayyab, seorang pembesar Tabi’in, ia memiliki perhatian yang sangat besar terhadap shalat lima waktu, ia tidak pernah mendengar adzan kecuali dirinya telah siap untuk sholat berjama’ah di mesjid. Pada suatu ketika ia ditimpa sakit dan menghantarkannya keharibaan Allah AWT, pada saat ia sakarotul maut , putrinya menangisi keadaan beliau, akan beliau masih sempat memberikan semangat kepada putrinya dengan perkataannya: wahai putriku janganlah engkau menangisi kematianku, karena sesungguhnya aku sejak empat puluh tahun tidak pernah mendengar seorang muadzin melantunkan adzan di mesjid, kecuali aku telah berada di dalam mesjid untuk sholat berjamaah.
• Dikisahkan, seorang zahid yang ahli ibadah (Al-Ahmasy), ia selalu memotivasi puterinya untuk selalu memelihara shalat dengan melaksanakannya diawal waktu. Pada suatu hari, ia berkata kepada puterinya,”Demi Allah, wahai puteriku! Aku tidak pernah ketinggalah takbiratul ihram untuk shalat berjamaah selama empat puluh tahun.”
• Dari kisah-kisah di atas, kita bisa melihat semangat Ulama Salaf dalam melakukan ibadah (shalat) diawal waktu. Bagi mereka shalat bukan hanya sebagai kewajiban, akan tetapi mereka menganggapnya sebagai kebutuhan yang tidak bisa ditunda, sehingga mereka tidak rela kalau harus ketinggalan shalat berjamaah di mesjid.
0 komentar:
Posting Komentar